Thursday 28 June 2012

Apa yang harus saya lakukan untuk dapat menikah dengan pria kaya?


Seorang gadis muda dan cantik, mengirimkan surat ke sebuah majalah terkenal, dengan judul: "Apa yang harus saya lakukan untuk dapat menikah dengan pria kaya?"

Isi suratnya sebagai berikut:

Saya akan jujur, tentang apa yang akan coba saya katakan di sini.

Tahun ini saya berumur 25 tahun. Saya sangat cantik, mempunyai selera yang bagus akan fashion. Saya ingin menikahi seorang pria dengan penghasilan minimal $500ribu/tahun.

Anda mungkin berpikir saya matre, tapi penghasilan $1juta/tahun hanya dianggap sebagai kelas menengah di New York. Persyaratan saya tidak tinggi.

Apakah ada di forum ini yang mempunyai penghasilan $500ribu/tahun? Apakah kalian semua sudah menikah?

Yang saya ingin tanyakan: Apa yang harus saya lakukan untuk menikahi orang kaya seperti anda?

Yang terkaya pernah berkencan dengan saya hanya berpenghasilan $250rb/tahun. Bila seseorang ingin pindah ke area pemukiman elit di City Garden New York, penghasilan $250rb/tahun tidaklah cukup.

Dengan kerendahan hati, saya ingin menanyakan:

Dimana para lajang2 kaya hang out?

Kisaran umur berapa yang harus saya cari?

Kenapa kebanyakan istri dari orang-orang kaya hanya berpenampilan standar?

Saya pernah bertemu dengan beberapa wanita yang memiliki penampilan tidak menarik, tapi kok mereka bisa menikahi pria kaya?

Bagaimana anda memutuskan, siapa yang bisa menjadi istrimu, dan siapa yang hanya bisa menjadi pacar?

ttd,
Si Cantik

---------------------

Dan inilah balasan dari seorang pria yang bekerja di bidang finansial di Wall Street:

Saya telah membaca suratmu dengan semangat. Saya rasa banyak gadis2 di luar sana yang mempunyai pertanyaan yang sama. Ijinkan saya untuk menganalisa situasimu sebagai seorang profesional.

Pendapatan tahunan saya lebih dari $500rb, sesuai syaratmu, jadi saya harap semuanya tidak berpikir saya main2 di sini.

Dari sisi seorang bisnis, merupakan keputusan salah untuk menikahimu.

Jawabannya mudah saja, saya coba jelaskan, coba tempatkan "kecantikan" dan "uang" bersisian, dimana anda mencoba menukar kecantikan dengan uang:

Pihak A menyediakan kecantikan, dan pihak B membayar untuk itu, hal yg masuk akal.

Tapi ada masalah disini, kecantikan anda akan menghilang, tapi uang saya tidak akan hilang tanpa ada alasan yang bagus.

Faktanya, pendapatan saya mungkin sekali akan meningkat dari tahun ke tahun, tapi anda tidak akan bertambah cantik tahun demi tahun. Karena itu, dari sudut pandang ekonomi, saya adalah aset yang akan meningkat terus, dan anda adalah aset yang akan
menyusut. Dan bukan hanya penyusutan normal, tapi penyusutan eksponensial.

Jika hanya (kecantikan) itu aset anda, nilai anda akan sangat mengkhawatirkan 10 tahun mendatang.

Dari aturan yg kita gunakan di Wall Street, setiap pertukaran memiliki posisi, kencan dengan anda juga merupakan posisi tukar. Jika nilai tukar turun, kita akan menjualnya dan adalah ide buruk untuk menyimpannya dalam jangka lama, seperti pernikahan yang anda inginkan.

Mungkin terdengar kasar, tapi untuk membuat keputusan bijaksana, setiap aset dengan nilai depresiasi besar akan di jual atau "disewa" saja.

Siapa saja dengan penghasilan tahunan $500rb, bukan orang bodoh, kami hanya berkencan dengan anda, tapi tidak akan menikahi anda.

Saya akan menyarankan agar anda lupakan saja untuk mencari cara menikahi orang kaya. Lebih baik anda menjadikan diri anda orang kaya dengan pendapatan $500rb/tahun. Ini kesempatan lebih bagus daripada mencari orang kaya bodoh. Mudah2an balasan ini dapat membantu.

ps. Jika anda tertarik untuk jasa "sewa/pinjam," hubungi saya.

ttd,
J.P. Morgan

:)
Adapted from Michael

Wednesday 20 June 2012

Bila Al’Quran bisa bicara…

Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatiku. Dengan wudu’ aku kau sentuh dalam keadaan suci.Aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari. Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hariSetelah usai engkaupun selalu menciumku mesraaaaa sekali!!.
Sekarang engkau telah dewasa… !

Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku… Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah… Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu. Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja? ?

Sekarang aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyimpannya. Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmuKadang kala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa. Atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan. Kini … aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian. Di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.

Dulu…pagi-pagi…surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman. Sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau….. Sekarang… pagi-pagi sambil minum kopi…engkau baca Koran pagi atau nonton berita TV. Waktu senggang..engkau sempatkan membaca buku karangan manusia. Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa. Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan… !!! Waktu berangkat kerjapun kadang engkau lupa baca pembuka surah2ku (Basmalah) Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi Tidak ada kaset yang berisi ayat Allah yang terdapat padaku di laci mobilmu. Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu. Aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku.

Di meja kerjamu tidak ada aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja. Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu.Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun. E-mail temanmu yang ada ayat-ayatku pun kadang kau abaikan. Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu.

Benarlah dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakanku …. Bila malam tiba engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV. Menonton pertandingan Liga Italia, musik atau Film dan Sinetron laga. Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk. Hanya sekedar membaca berita dan gambar sampah.

Waktupun cepat berlalu…aku menjadi semakin kusam dalam lemari. Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu. Seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali. Itupun hanya beberapa lembar dariku.Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu. Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku.Apakah Koran, TV, radio , komputer, dapat memberimu pertolongan?

Bila engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba. Engkau akan diperiksa oleh para malaikat suruhanNya. Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku engkau dapat selamat melaluinya. Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu… Setiap saat berlalu… kuranglah jatah umurmu…Dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu..

Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktuApabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu.!!! Bila aku engkau baca selalu dan engkau hayati Di kuburmu nanti…. Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan.Yang akan membantu engkau membela diri. Bukan koran yang engkau baca yang akan membantumu.

Tapi Akulah “Qur’an” kitab sucimu.Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu. Peganglah aku lagi …. bacalah kembali aku setiap hari.Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat suci.Yang berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui.Yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad Rasulullah.Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu…


Source: Abu Ja'far Amri A. Fillah Al Atsary

Guru Inspiratif

Ada artikel yang menarik yang ditulis oleh pakar manajemen  Rhenald Kasali pada harian Kompas terbitan tanggal 29 Agustus 2007 dengan judul GURU KURIKULUM DAN GURU INSPIRATIF. Kutipanya yaitu: “Ada dua jenis guru yang kita kenal yaitu guru kurikulum dan guru Inspiratif. Guru kurikulum sangat patuh pada kurikulum dan merasa berdosa bila tidak bisa mentransper semua isi buku yang ditugaskan. Ia mengajarkan sesuatu yang standar (habitual thinking) dan jumlahnya sekitar 99%. Sedangkan guru inspiratif jumlanya kurang dari 1%. Ia bukan guru yang mengejar kurikulum tetapi mengajak murid-muridnya berfikir kreatif (maximum thinking). Ia mengajak murid-muridnya melihat sesuatu dari luar (thinking out of box) mengubahnya di dalam lalu membawa kembali keluar, ke masyarakat luas. Guru kurikulum melahirkan manajer-manajer handal, guru inspiratif melahirkan pemimpin-pembaru yang berani menghancurkan aneka kebiasaan lama.”
Melihat kondisi pendidikan/system sekolah umumnya di Indonesia, guru-guru memang terbelenggu oleh ketentuan administrative yang harus dipatuhi seperti target pencapaian kurikulum, ketuntasan belajar, silabus, RPP dan sebagainya. Sesuai dengan ketentuan yang ada bahwa wujud pelaksanaan pendidikan di sekolah tertuang dalam bentuk kegiatan intra kurikuler dan ekstrakurikuler. Dalam kegiatan intrakurikuler sangat jarang guru dalam interaksinya dengan murid-muridnya mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki mereka. Padahal tujuan pendidikan yaitu pengembangan secara menyeluruh dari seluruh potensi anak didik melalui kreatifitas dan berpikir kreatif. Hal ini memperlihatkan bahwa pendidikan memiliki arti sebagai pengembangan potensi manusia. Dengan demikian proses pendidikan yang ada di sekolah mestinya tidak hanya melulu berorientasi pada aspek kognitifnya saja atau dengan kata lain lebih mengacu pada perolehan nilai tetapi juga harus bisa mengembangkan nilai-nilai lain seperti emosional, kepribadian, spiritual dan social. Akan tetapi yang terjadi di lapangan peran guru lebih banyak mengajar dari pada mendidik. Artinya ketika guru masuk ke ruang kelas maka yang dilakukan hanya menyampaikan materi yang ada di buku atau dengan kata lain bersifat curriculum oriented (terjebak pada kegiatan pencapaian target kurikulum), dan bersifat content oriented atau pencapaian tujuan kognitif yang malah jauh dari pencapaian tujuan pendidikan yang sebenarnya. Sedangkan pada kegiatan ekstrakurikuler pembinaan dan pengembangan potensi belum mendapatkan proporsi yang sewajarnya. Padahal kegiatan ekstrakurikuler diharapkan mampu mengembangkan potensi anak didik diluar potensi akademiknya. Sejatinya kegiatan ekstrakurikuler (baca: pembinaan kesiswaan) mengarahkan dan mengembangkan potensi anak didik untuk berwawasan masa depan (looking forward), memiliki keteraturan pribadi (self regulation) dan memiliki rasa kepedulian social yang baik (holy social sense). Bagaimana seharusnya peran guru? Kegiatan Intrakurikuler yang terjadi sekolah yang dilakukan oleh guru dan peserta didik sudah saatnya diubah paradigmanya. Perlu pendekatan lain yang dilakukan oleh guru ketika berinteraksi dalam proses pembelajaran. Selama ini guru lebih menekankan pada pendekatan intelektual/intelgensia atau hanya mengejar nilai. Sedangkan ketrampilan hidup dan bersosialisasi tidak diajarkan. Seorang anak dilihat berdasarkan nilai ulangan yang didapat bukan kemampuan diri secara keseluruhan. Kondisi ini dapat mendorong anak untuk mencontek atau melakukan usaha-usaha yang tidak baik karena tuntutan angka  sehingga nilai-nilai pendidikan terabaikan.
Menurut pendapat saya ada 3 pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran dikelas:

1.         Melalui Pendekatan Kecerdasan Emosional
Otak manusia terdiri ari dua lapisan yaitu lapisan luar (neo cortrex) dan lapisan tengah (limbic system). Di wilayah lapisan luar otal, manusia atas ijin Allah- mampu berhitung, mengoperasikan computer, mempelajari bahasa Inggris, dan perhitungan yang rumit lainnya. Melalui penggunaan otak neo-cortex inilah lahir intelegence quotient/IQ atau kemampuan intelektual (Ary Ginanjar A: Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power). Kecerdasan ini berkaitan dengan kesadaran terhadap ruang, kesadaran pada sesuatu yang tampak, dan penguasaan matematika. Sedangkan pada lapisan tengah otak (limbic system) terletak pengendali emosi dan perasan manusia yang memungkinkan manusia luwes dalam bergaul, penolong sesama, setia kawan dan bertanggung jawab. Perilaku inilah yang disebut kecerdasan emosional/EQ (emotional quotient) yang dapat dimaknai serangkaian kecakapan untuk melapangkan jalan di dunia yang penuh liku-liku permasalahan social. Pada ranah inilah saya pikir, guru bisa membangkitkan potensi anak didiknya untuk menempuh kesuksesan dengan mengembangkan rasa simpati dan empati pada sesama, sifat kerja keras dan bertanggung jawab. Menurut penelitian yang dilakukan oleh pakar psikolog yaitu Steven J. Stein dan Howard E. Book, bahwa IQ hanya berperan dalam kehidupan manusia dengan besaran maksimum 20%, bahkan hanya 6%. Jadi pendekatan emosional yang dilakukan guru terhadap siswanya ketika interaksi di kelas, bisa mendorong siswa untuk sukses dengan tidak hanya mengandalkan dari sisi IQ-nya saja. Pendekatan emosional yang bisa dilakukan misalnya dengan selalu menebarkan energi positif pada anak didik, toleransi terhadap ketidaksempurnaan, dan mencintai sepenuh hati anak didik dengan perbedaan yang dimiliki mereka.

2.         Melalui Pendekatan Kecerdasan Spiritual
Pada ranah ini, pendekatan yang harus dilakukan oleh guru adalah meningkatkan potensi siswa dengan membangkitkan spiritual quotient dengan cara menanamkan/mengajarkan  nilai-nilai kebenaran yang terkandung dalam agama. Pondasi dari kecerdasan spiritual adalah Ihsan. Ihsan berasal dari kata husn yang artinya sesuatu yang baik dan indah. Dalam  pengertian umum bisa bermakna positif termasuk kejujuran, kebajikan, keindahan dan keramahan. Ihsan dalam belajar atau bekerja adalah bagaimana seseorang dapat belajar/bekerja dengan jujur dan amanah dan mengerjakan sesuatunya secara benar-sesuai peraturan yang ditetapkan. Jika Allah saja mengerjakan sesuatu yang indah dalam berhubungan dengan makhluknya maka manusia dituntut pula untuk berbuat kebaikan atau keindahan. Alhasil ihsan adalah berbuat baik seolah-olah seseorang melihat Allah. Saya pikir hal inilah yang bisa guru tanamkan kepada setiap anak didik/siswa bahwa setiap yang dilakukan oleh kita manusia adalah bernilai ibadah dan sebagai manusia harus bisa memberi manfaat bagi manusia yang lain.

3.         Melalui Pendekatan Kecerdasan Sosial
Menurut Edward L. Thondrike kecerdasan social (socialintelligence) adalah kemampuan untuk saling mengerti sesama manusia dan bijaksana dalam hubungan sesama manusia. Dia menegaskan kecerdasan sosial berbeda dengan kemampuan akademik. Saat ini banyak tudingan terhadap dunia pendidikan dimana produk pendidikan kita adalah manusia-manusia yang biasa menyikut orang untuk mempertahankan kepentingannya karena kurikulum ternyata mendorong orang semakin cerdas sekaligus menyuburkan sikap-sikap individualistic alias mementingkan diri sendiri. Gaya hidup ini menghapus bersih sikap kerja sama, tenggang rasa, simpati, empati dan budi pekerti yang luhur. Bayangkan bila penguasa masa depan adalah produk dari dunia pendidikan seperti ini. William Chang, seorang pemerhati social menyebut fenomena ini menghasilkan manusia yang bereaksi lamban. Kelambanan bereaksi ditafsirkan akibat rendahnya kecerdasan sosial.    Sisi inilah yang barangkali bisa digali dan dikembangkan oleh guru pada anak didiknya. Harus disadari bahwa latar belakang sosial anak didik berbeda-beda baik suku, bahasa, agama, bahkan tingkat ekonominya. Disisi lain manusia sebagai makhluk social tidak bisa hidup sendiri. Oleh karena itu penting kiranya mengembangkan sikap kerja sama, tenggang rasa, simpati, empati dan budi pekerti yang luhur pada setiap anak didik. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan mempraktekan 5 S (senyum, sapa, salam, sabar dan syukur).
Mudah-mudahan melalui 3 pendekatan ini, guru bisa menjadi inspirasi bagi setiap anak didik untuk bisa sukses dalam kehidupannya baik ketika dia bekerja maupun ketika menjadi pemimpin