Monday 5 November 2012

Mematikan PC dengan Command Prompt


Kebayakan orang mematikan komputer dengan  menekan tombol yang tersedia pada Start Menu. Sebahagian orang menekan tombol power yang ada pada CPU.  Sedikit dari kita menggunakan Command prompt untuk mematikan Komputer.
Nah disini saya berusaha ulas secara singkat bagaimana mematikan komputer menggunakan Command prompt.
Syarat: Komputer yang digunakan  adalah OS Windows (XP, Vista, 7 atau 8)
Langkah :
1.     Tekan Windows key + R 
 2.     Ketik “CMD” lalu tekan “Enter”

1.   Mematikan CPU (Local Machine) = Ketik “shutdown –s” pada command prompt, lalu tekan tombol “Enter”
2.       Restart komputer = Ketik “shutdown –r” pada command prompt, lalu tekan tombol “enter”
3.   Log Off the Current User = Ketik “shutdown –l” pada command prompt, lalu tekan tombol “enter”.
4.    Mematikan komputer berdasarkan nama komputer = ketik “shutdown –s –m \\nama komputer” pada command prompt, lalu tekan tombol “enter”.
5.      Hibernate a a local computer = Ketik “Rundll32.exe Powrprof.dll,SetSuspendState" tampa tanda kutip, lalu tekan tombol “enter”.
6.       Mematikan komputer pada waktu yang ditentukan = Ketik “shutdown -s -t 60" tanpa tanda kutip, lalu tekan tombol “enter”. Komputer akan mati pada 60 menit berikutnya.
7.      Mematikan komputer dengan menyampaikan pesan = Ketik “shutdown -s  -t 500 -c "saya lelah. Saya mau istirahat." (menggunakan kutip pada pesean) pada command prompt, lalu tekan tombol “enter”. Paramenter –c digunakan untuk memerintah dan menjalankan kotak dialog.
8.   Menghentikan perintah shutdown = ketik “shutdown –a” dan tekan “enter. Perintah ini akan menghentikan perintah mematikan komputer dengan command prompt.

Mohon tulis saran pada kotak dibawah.

Sunday 4 November 2012

Renungan: Maafkan Aku Ayah

Maafkan Aku Ayah…
Si cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…

Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia dirumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.
      Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
      Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
      Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri melihat mobil yang baru setahun beli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini!!!”… Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar.. Dia juga beristigfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘Saya tidak tahu..tuan.” kamu dirumah sepanjang hari , apa saja yang kau lakukan?” hardik si isteri lagi.
      Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan manja dia berkata “Dita yang membuat gambar ayahhh..cantik..kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon depan rumahnya, terus dipikulkannya berlaki2 ketelapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apa menangis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan.
     Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
     Sedangkan Si ibu cuman mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk kerumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu membawanya ke kamar.
    Dia terpenjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah menandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu menjerit-jerit Manahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air.. Lalu di pembantu rumah menidurkan anak kecil itu..
     Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab si bapak si anak
     Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya.
     Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”… jawab pembantunya ringkas.
      “Kasih minum panadol aja,” jawab si ibu.
      Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.
     Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas.
     “Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu.
     Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaanya sudah serius.
     Setelah beberapa hari dirawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…
    “ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangan tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu.
    Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa daya yang dapat dikatakan lagi.
    Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan.
      Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan abis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis.
      Dalam siksaan melawan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu … Dita tidak akan melakukannya lagi… Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tidak mau jahat lagi… Dita sayang ayah.. sayang ibu.”, katanya berulang kali membuat si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.
     “Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?...  Dita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi,” katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya.
       Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…
    Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut Manahan kepedihan dan kehancuran batin sampai suatu saat Sang ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yang tak bertepi…,
    Namun…, si anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya


Source: Unknown

Renungan: Kisah Pemuda Miskin dan Gadis Kaya

Suatu hari ada Pemuda Miskin yang ingin menembak si gadis Gadis itu berkata, "Dengar ya, gaji bulanan Kamu sama dengan pengeluaran harianku..! Haruskah aku pacaran dengan Kamu ? Aku tidak akan pernah mencintai Kamu. Jadi, lupakan diriku dan pacaran dengan orang lain yang setingkat dengan Kamu"

Tapi entah kenapa si Pemuda tidak bisa melupakannya begitu saja

10 tahun kemudian, mereka bertemu disebuah pusat perbelanjaan. Wanita itu berkata, "Hei Kamu!! Apa kabar? Sekarang aku sudah menikah. Apakah kamu tahu berapa gaji suamiku ? Rp.20 juta perbulan! Dapatkah kamu bayangkan ? Dia juga sangat cerdas"

Mata Pemuda itu berlinang air mata mendengar kata-kata wanita itu, Beberapa menit kemudian suami wanita itu datang. Sebelum wanita itu bisa mengatakan sesuatu, suaminya berkata :"Pak...?! Saya terkejut melihat Anda disini. Kenalkan istri saya." Lalu dia berkata kepada istrinya, "Kenalkan Bossku, Boss ku masih lajang lho..

Dia mencintai seorang gadis tapi gadis itu menolaknya. Itu sebabnya dia masih belum menikah. Sial sekali gadis itu. Bukankah sekarang tidak adalagi orang yang mencintai seperti itu??. " Wanita itu merasa terkejut dan malu sehingga tak berani melihat kedalam mata si Pemuda.

"Kadang orang yang kita sakiti dan kita hina jauh akan lebih sukses dari pada yang kita bayangkan. Setelah semua terjadi timbullah sebuah penyesalan dari dirinya. Kadang orang yang di hina akan memakai hinaannya untuk mengapai sebuah kesuksesannya. Bukan harta yang akan membuat kita bahagia †apï bersyukurlah yang membuat kita bahagia !!!
Bagi orang berpikir dan berusaha, HINAAN bukanlah sebagai pelemah semangat untuk maju, TAPI hinaan sebagai cambuk dan pembangkit semangat untuk terus berusaha dan maju.
 
Source : Unknown